Spesies (Unggas):Ibis jambul (Nipponia nippon)
Jurnal:Burung emu
Abstrak:
Penyebaran pasca-pelepasan hewan yang direintroduksi mengacu pada proses kolonisasi yang berhasil dan penyelesaian yang gagal. Untuk memastikan pembentukan dan persistensi populasi yang direintroduksi, dampak berbagai faktor terhadap penyebaran pasca-pelepasan hewan hasil penangkaran harus dikaji. Dalam artikel ini, kami berfokus pada dua populasi Ibis Jambul (Nipponia nippon) yang direintroduksi di Provinsi Shaanxi, Tiongkok. Kami menerapkan beberapa pendekatan untuk mengevaluasi pengaruh usia, berat badan, jenis kelamin, waktu pelepasan, ukuran kandang aklimatisasi untuk rewilding, dan durasi aklimatisasi terhadap tingkat kelangsungan hidup populasi yang dilepasliarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas kelangsungan hidup individu yang dilepasliarkan berkorelasi negatif dengan usia mereka di Kabupaten Ningshan (Spearman, r = −0,344, p = 0,03, n = 41). Ibis yang dilepasliarkan di Kabupaten Ningshan dan Qianyang memiliki arah penyebaran rata-rata 210,53° ± 40,54° (uji z Rayleigh: z = 7,881 > z0,05, p < 0,01, n = 13) dan 27,05° ± 2,85° (uji z Rayleigh: z = 5,985 > z0,05, p < 0,01, n = 6), masing-masing, menunjukkan bahwa penyebaran cenderung mengelompok dalam satu arah di kedua lokasi. Hasil pemodelan MaxEnt menunjukkan bahwa faktor lingkungan paling signifikan yang bertanggung jawab atas pemilihan lokasi perkembangbiakan di Kabupaten Ningshan adalah sawah. Di Kabupaten Qianyang, curah hujan memengaruhi pemilihan lokasi sarang melalui pengaruh ketersediaan makanan. Sebagai kesimpulan, kerangka evaluasi yang digunakan dalam studi ini dapat menjadi contoh untuk mengembangkan prioritas konservasi pada skala lanskap untuk lebih banyak reintroduksi hewan.
PUBLIKASI TERSEDIA DI:
https://doi.org/10.1111/rec.13383

